BARET

Baret Biru

        Semua sudah berbaris rapi, hari ini adalah hari Senin.Tepat jam 06:45 bunyi ‘terima kasih’’ menandakan aku sudah mulai bertugas hari ini, meski aku harus merelakan diri berpacu dengan waktu. Kuingat sejenak bola sepasang bola mata kecil yang  tak berdosa itu, pandang mata kecilnya seolah mengatakam ‘aku masih ingin disini bersamamu, beri sedikit waktu untukku.... Satu tarikan nafas, satu bulir air mata hampir terjatuh, namun segera saka kuusap demi tugas kutinggalkan engkau anakku...

Dari jauh sosok itu melangkah dengan santainya, seolah tidak peduli dengan sekelilingnya. Batinku ‘luar biasa benar anak ini, benar-benar menguji batas kesabaranku. Pantas saja orangtuanya sendiri bahkan kewalahan menghadapinya. Sekilas terbayang insident di hari Sabtu kemaren, membuatku terperangah, dimana-mana vandalisme, dipojok tembok,didalam ruangan WC, disudut tembok tersembunyi. Satu lagi PR yang harus segera dipecahkan, meski selama ini hampir semua bapak ibu memberikan label padanya ‘truoble marker”atau bahkan tuduhan yang lebih keras lagi “virus yang harus segera dimusnahkan...

Kuamati dengan benar semua coretan ‘vandalisme ‘ yang ada. Kuabadikan dengan kamera, sungguh aku ingin tahu siapa pelakunya, dan tentusaja ini bukan perkara mudah, melihat cara penulisan, ekspresi kekecewaan, atau inisial yang nama seseorang atau bisa jadi sebuah komunitas anak-anak/gank,cara penulisan yang berupa singkatan semacam WATS, BSC,ROP,dan sebagainya PR kali ini seolah menempatkan aku pada seorang polisi yang memungkap kejahatan.

            Satu minggu lagi pertemuan dimulai,bagai sebuah media untuk ‘menjudgment atau bahkan menjatuhkan hukuman,lagi-lagi diserang sebuah dilema disatu sisi aku bagiakan seorang penegak kedisiplinan dan sekaligus menjatuhkan sanksi,namun disisi lain aku bisa sebagai advokasi yang memberikan perlindungan kepada mereka karena dalam hal ini aku adalah seorang pembimbing.

Alhamdulillah semua berjalan lancar dan sesuai yang kuharapkan,artinya tidak ada satu keputusan yang membuat Anto dikembalikan kepada orangtuanya.Artinya masih ada pengampunan baginya, dan itu bisa diartikan aku telah membuka jalan kebaikan di akhir masa studinya disekolah ini yang tinggal menghitung bulan.

            Teringat sejenak betapa bengalnya anak itu, teringat sejenak betapa ibu anak itu menangis karena kewalahan mengatasi anak itu.dari situlah aku bisa menilai Anto ingin sepeda motor merk terbaru dan Hp tercanggih yang seolah bisa menunjukkan siapa dirinya, itulah salah satu cara remaja yang ingin dia tunjukkan dalam proses pencarian jati dirinya. Berbagai konsultasi yang kuberikan padanya dan tentusaja komunikasi aktif dengan orangtuanya  terutama ibunya walaupun terkadang hanya lewat sms,pada akhirnya mulai terasa hasilnya, dan akhirnya Anto melewati masa akhir disekolah ini, dia Lulus dengan nilai yang cukup membanggakan walaupiun bukan ranking 1.Tahun pelajaran berlalu......

            Jumat, 24 April, seorang datang berpakaian dinas sebuah departemen tertentu,menunggu diruang tamu. Menyalami dan menyapa, otakku mengingat siapakah dia apakah wali siswa/kakak siswa yang ingin bertemu. “Ibu, coba ingat siapa saya?”satu pertanyaan yang akhirnya membuat otak dan memoriku mengingat siapa dia. Dan aku berucap Alhamdulillah, benar dialah Anto yang selalu di cap si “bengal”,”trouble marker”,virus......Dari ceritanya kudengar  binar kebanggaan yang ada padanya, banyak hal yang dia ceritakan, termasuk pula benda yang dulu hampir membuatnya “DO” dan malas bersekolah telah dia miliki ‘HP’tercanggih yang bahkan gurunya sendiri belum memilikinya dan tentusaja sepeda motor sport keluaran terbaru,dengan edisi special “Racing Blue”,dan tentusaja apa yang terlihat membanggakan adalah satu keberhasilan yang dia genggam seperti yang dia cita-citakan dengan manis bertengger dikepalanya “Baret Biru”.

            Satu kisah dari anak didik kita yang senantiasa disaat usia remaja banyak menimbulkan konflik bahkan menguji kesabaran kita sebagai pendidik, disaat kita sendiri memposisikan juag sebagai orangtua,memahami gejolak masa remaja yang terkadang menguras energi dan kesabaran, dan semua adalah sebuah proses. Hal yang menjadi catatan penting adalah kita tak boleh memberikan penilaian buruk bahkan dengan “label” yang negatif.Masa remaja adalah proses pencarian jati diri keberhasialan pada amsa ini akan menuai keberhasilan dimasa yang akan datang.Dan disinilah fungsi sekolah sebagai “agen of change”.Semoga....

Komentar

Postingan Populer