Saat kupinang kau dengan hamdalah....

Tanggung jawab, itulah yang aku lakukan ketika kupinang dia dengan penuh keberanian, padahal aku sendiri menyadari terkadang untuk menghidupi diriku sendiri itupun aku masih terkadang serba repot. Yah..berapalah gaji seorang karyawan swasta  kecil sepertiku, sekali lagi aku tak ingin berlama menyakitinya dengan tanpa memberikan sebuah kepastian,akhirnya selesai sudah prosesi lamaran itu tentusaja dengan mas kawin semampuku, meski aku harus ngutang untuk sebuah "sang sangan (seperangkat perhiasan kalung,gelang,cincin) yang dipersembahkan bagai calon mempelai istri.

Tak terasa 5 tahun berlalu sudah usai pernikahan kami, dan kami sudah dikarunia seorang putri kecil yang memasuki usia Taman Kanak-kanak, dan sejalan itu pulalah kehidupan rumah tangga masih  belum memiliki peningkatan yang berarti, kukatakan dengan demikian dalam artian rumah masih kontrakan dengan ukuran yang sangat kecil,namun alhamdulillah ditahun ini nampaknya ada perkembangan baik dengan pekerjaan istriku sebentar lagi dia akan memiliki status yang jelas dan tentusaja dengan gaji yang standard dengan gelar kesarjanan yang dimilikinya.Aku berharap semua akan memasuki sebuah pencerahan baru bagi keluarga kami.

Masa itu telah berlalu, malam ini aku sengaja melihat baik-baik anak dan istriku yang sedang tertidur dikamar, lamat lamat kuamati wajahnya, gurat gurat diwajahnya, nampak sekali dia terasa amat kelelahan, seorang istri yang sekaligus juga ibu rumah tangga. Aku bisa merasakan tanggung jawab yang superganda, sepulang kerja masih sibuk dengan urusan rumah. Belum lagi anak yang kadang juga rewel, maklum anak biasanya rewel karena menuntut perhatian dari ibunya.
Aku sendiri menyadari anakku yang tidak mau bersamaku, entahlah apa yang ada dipikirannyaapa aku seorang ayah yang galak, tidak bisa melucu. Memang demikianlah karakterku yang pendiam, dan cenderung sulit berkomunikasi apalagi menciptakan suasana yang lucu,aku mengakui semua itu.

Bagaimana dengan istriku, mungkin selama ini aku tak pernah bicara dari hati ke hati, aku lebih suka dengan pekerjaanku yang melelahkan dengan gaji yang tidak terlalu besar, sebenarnya aku ingin berontak dengan semua ini, namun apa daya itu sebuah sistem mau tidak mau aku harus menerima atau aku mencari pekerjaan lain. Apakah istriku cukup dengan nafkah yang telah kuberikan??? akh....tentusaja tidak. Terlebih akhir-akhir ini ada yang berubah dengan dia.Dulu dia senantiasa terliahat begitu merindukan kehadiran saya, dia begitu protes ketika aku tak mengajaknya bicara. Namun sekarang ada yang berubah dia seolah asyik dengan dunianya,meski aku tahu itu semua karena sebuah jejaring sosial dimana dia menemukan teman sekolahnya dulu, dia mulai asyik dengan benda yang selalu Online itu..Meski aku tahu persis dia dengan siapa ngerumpi sampai setiap saat, yah tentusaja dengan teman2 gank sekolahnya yang kebetulan sekarang bersua kembali di dunia maya.


Aku tahu dia masih mencintaiku, hanya saja sikap cuek dan pendiamnya itu sekarang menjadi sebuah tanda tanya besar bagiku.Apa yang terjadi dengan dia,Apa yang terjadi dengan kita. Benarkah wanita yang sudah merasa bekerja dengan "stabil" itu melahirkan sosok wanita yang baru? Ketika dia yakin tanpa uang yang kuberikan setiap bulan dia sudah memilikinya. Sosok wanita yang seolah tanpa ketergantungan dengan makluk lelaki? wanita super mandiri??? Berbagai pertanyaaan muncul dalam benakku???............Dan aku harus bisa menjawabnya, ataukah itu juga karena aku sendiri?Aku yang tidak bisa menyamai langkah berjalannya, ketika dia ingin berlari dan meraih mimpi2 nya mungkin tanpa kusadari aku dengan kata2 ku telah mematahkannya?? Entahlah......

Aku ingat,saat itu dia mengemukakan rencananya untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, aku hanya menjawab "buat apa? itu bukankah buang buang duit saja, apa tidak lebih baik apabila punya uang dipakai untuk usaha sambilanku?Entahlah...meski dia memiliki argumen namun aku tak berusaha mengingatnya, aku sudah terlampau lelah,yang kubutuhkan hanyalah 'tidur', aku tak ingin berdebat dengannya yang kuanggap dia memang pandai mencari sebuah pembenaran... Dan semua berlalu dengan sebuah kediaman diantara kami, aku juga sudah lupa,aku disibukkan lagi dengan pekerjaanku yang menguras tenaga dan pikiran.




Entahlah, malam ini setelah semua kejadian ini kurenungkan dengan sedalam-dalamnya, aku atau diakah yang harus menyadari, merefleksikan diri.Sebenarnya aku ataukah dia yang sudah berubah??? Aku berharap kebahagiaan ini akan kudapatkan sebagaimana dulu kala kuucapkan ikrar dan kuresapi dalam hati "saat kupinang kau dengan hambdalah...."

Komentar

Postingan Populer