Anakku sayang....................!
Sempat terlintas, inikah hasil idealisme atau lebih ekstrimnya hasil ambisi yang ingin membentuk anaknya kelak. Seperti halnya adanya sebuah teori yang menyatakan anak adalah ibarat kertas putih yang belum dicoret-coret. Dan apa yang tertulis disana adalah hasil dari pendiikan dan pendewasaan orang dewasa disekitarnya terutama orangtua (seperti pengasuh saudara kerabat dan keluarga). Namun memang faktor bakat dan keturunan juga ikut pula erpengaruh dalam hal ini.Aku ingin berbagi dengan adanya kejadian hari ini, yang mampu membuatku merasa sedih, dan merasa bersalah.
Sejenak menoleh kebelakang, saat itu usianya 2,5 bulan ketika aku harus meninggalkan dia untuk bekerja, saat itu sekitar juli 2008, setiap pagi, bahkan hampir lupa bagaimana situasi saat itu, mertua tiap pagi jam 06.30 menggendongnya ke rumahnya, dan setiap sore jam 15 nan aku mengajaknya pulang, aku jadi hampir lupa perkembangannya, yang jelas dia tiap hari makanan instan yang selalu kuberikan karena aku gak sempat masak sayur/sop kadang juga cuman bubur pasar. Dan menjelang sore hari 15-16:00 aku baru menjemputnya pulang kerumah dari rumah mbahnya dan aku bermain bertiga sampai menjelang petang. Pada usia 20 bulan aku terpaksa menghentikan ASI nya padahal dia masih ingin menyusui, hal ini bersamaan dengan sekolah mengadakan liburan dan karena aku positif hamil lagi.10 bulan kemudian aku telah melahirkan dan diusia yang belum ada 3 tahun aku hampir menyekolahkan dengan alasan punya adik lagi.Aku berfikir supaya saat itu anak dapat belajar disekolah mendapat materi pelajaran, tidak hanya dimomong dirumah, dia bisa belajar baca dan tulis? Namun demikiankah yang terjadi?? Entahlah melihat hasil yang sekarang nampaknya sekolah di TPA-PAUD itu aku belum mendapatkan sebuah kepuasaan, dan ini kurasakan ketika bersekolah di TKIT. Sempat terlintas dikepalaku, inikah sebuah kesalahanku ketika di PAUD dulu waktunya terlampau banyak disekolah 07:00 – 15:00 (8jam sehari dengan usia anak 32 bulan). Aku memilih paket fullday saat itu temannya juga ada (7anak),dan aku membiarkan waktu itu berlalu begitu saja, aku tidak terlampau memperhatikan bagaimana perkembangannya, bagaimana kemajuannya apa yang dia dapatkan disekolah, ketika acara FPO bahkan aku jarang menghadirinya, saat itu aku takut nanti anak akan ikut saya, dan saat itu kupikir orangtua yang lain kadang juga tidak menhadirinya, jadi kuanggap ini hal yang biasa aku jarang mengerti aktifitasnya, dan memang saat itu sekolahan juga tidak menyediakan informasi, (baru kini kusadari pentingnya sebuah buku komunikasi dengan orangtua dahulu aku kurang begitu perhatian) memang aku pernah ikut pada waktu acara piknik yang hanya satu tahun sekali (musium penerbangan lanud adisucipto) tapi itu seperti acara yang bermain-main saja. Aku brarti mengaggap TPA itu bener bener hanya penitipan, pada saat awal dahulu aku sempat merasa anak itu kurang diperhatikan, seringkali ketika aku menjemputnya dia pipis dicelana yang masih basah, ibu guru juga tidak menggantinya, bahkan dia juga masih BAB dicelana dibiarkan saja sama gurunya, dan meskipun pelan-pelan dia juga bisa bilang. Bener aku melupakan hal yang sangat penting, tidak mnyempatkan waktu. 1x dalam acara pentas tutup tahun aku tidak hadir, bahkan melupakan aku justru menjemput saat pulang/menyuruh pengasuhnya datang ke sekolahannya. Aku juga tidak terlampau aktif dengan kegiatan disekolah memang kadang aku menghadiri pertemuan orangtua dan guru yang dilaksanakan setiap hari sabtu( sekolah libur), kemudian menjelang tutup tahun keduanya lagi-lagi berbarengan dengan acara disekolah aku tak lagi menyempatkan waktu mesti aku menyuruh pengasuhnya.
Dan kini 4,5 tahun dia berada di sekolah TKIT dengan kurikulum seperti itu dan anakku belum bisa dengan lancar mengikuti setiapkali KBM aku jadi bertanya apa yang telah dia dapat 1,5thn di TPA_PAUD... bahkan ditahun keduanya sebetulnya fafa nampak mengalami penurunan, jarang sekali kudengar dia melakukan hafalan doa, seperti dahulu. Atauah kami orangtua kurang memberikan stimuli , perhatian.Yang kutahu kepala sekolahnya ganti, guru kelasnya juga ganti, bahkan nampak belum pengalaman dan terlalu asyik memikirkian urusannya dirinya, nampak pilih-pilih dalam hal anak, kemudian anak yang full day itu cowoknya juga cuman sedikit terlampau kecil dan terlampau besar. Aku bahkan hampir tidak mengetahui teman-teman dahulu anakku diwaktu TK apakah mereka anak-anak super agresif, anak-anak superaktif,anak anak hiperaktif ataukah anak ayang pemalu..............(inikah kesadaran pertama), bagaimana dengan anakku disekolah, masuk kategori yang manakah?Hanya satu yang kuingat anakku yang sangat pemalu bahkan tidak pede ketika seragam yang dipunyai berbeda( guru dah pesan pakai baju olahraga tp dia tidak mau, dan acara tutup tahun kemudian anakku diwakili oleh ayahnya aku juga tidak tahu persis dengan situasi saat itu, namun anakku memang pemalu dan masih belum mandiri, sulit ,mengutarakan isi hati.
Sekarang ada perbedaan diusia yang semakin perkembang, dengan tuntutan sekolah yang amat tinggi. Keesimpulan sementara gurunya “Fafa belum mandiri, kurang motivasi mengikuti pelajaran dikelas, suka asyik mainan sendiri).Ini dapat kuperoleh dalam sesi konseling antara orangtua dan anak, dan dipertemukan disekolah dalam rangka kebaikan anak tersenut disekolah.
“Ya Allah semoga aku bisa mendidik anak-anakku dan mengantarkan dia pada pendewasaan sesuai dengan perkembangannya”..........
Komentar
Posting Komentar